Indonesia punya potensi jadi negara dengan ekonomi yang kuat di tahun 2019. Perihal diutarakan oleh The Future of Global Economic Landscape and the Implication for Emerging Countries, John Hawksworth (PWC UK) waktu mempresentasikan mengenai prediksi ekonomi global yang akan naik 2x lipat
Baca juga : Akreditasi Prodi UB
Menurut dia Indonesia bisa menjadi negara dengan perkembangan sangat cepat dalam dunia. Masalahnya perekonomian negara berkembang masih tetap jadi pendorong perkembangan ekonomi global.
"Perekonomian negara berkembang masih tetap jadi pendorong perkembangan ekonomi global. Vietnam, India serta Indonesia bisa menjadi tiga negara dengan perkembangan paling cepat dalam dunia," tutur John di Nusa Dua, Bali, Kamis (6/12).
Walau demikian, jelas ia pemerintah Indonesia butuh lakukan reformasi struktural untuk melakukan perbaikan kestabilan makro ekonomi, untuk menyesuaikan dengan tehnologi baru, mendiversifikasi ekonomi dan kurangi ketimpangan. Diantaranya peralihan pekerjaan di bidang pertanian serta beberapa bidang manufaktur.
"Ini mesti disertai dengan penciptaan pekerjaan di bidang layanan serta manufaktur tehnologi tinggi jika negara berinvestasi di artificial intelligence (AI) serta robotika," tuturnya.
Dalam peluang yang sama, Kepala Tubuh Kebijaksanaan Fiskal (BKF) Suhasil mengakui, optimis Indonesia dapat jadi negara maju dengan didukung keuntungan bonus demografi, umur produktif, urbanisasi, jumlahnya kelas menengah, serta bidang layanan yang lebih produktif. Akan tetapi, Indonesia memerlukan infrastruktur, sdm, tehnologi, rencana lokasi, sumber daya ekonomi serta keuangan, kestabilan makro serta politik, dan kepastian hukum.
Baca juga : Biaya Kuliah UNNES - Pendaftaran UNNES
"Sampai kini Indonesia sudah membuahkan perkembangan ekonomi yang kuat serta berkepanjangan diatas 5% dengan kualitas perkembangan yang makin lebih baik, perihal ini diperlihatkan oleh turunnya kemiskinan, rasio gini, serta pengangguran. Akan tetapi, masih tetap ada beberapa rintangan diantaranya tanda-tanda deindustrialisasi, ketergantungan pada komoditas, industri yang terkonsentrasi di Jawa, permasalahan kualitas tenaga kerja, serta potensi penyesuaian tehnologi," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment