Friday, January 4, 2019

Tinggi Gunung Anak Krakatau Menurun, Korban Tsunami Bertambah

Pusat Vulkanologi serta Mitigasi Musibah Geologi (PVMBG) Tubuh Geologi Kementerian ESDM mengatakan jika badan Gunung Anak Krakatau sudah beralih karena erupsi yang menerus. Berdasar pada penilaian visual serta pengukuran, tinggi Gunung Anak Krakatau yang sebelumnya 338 mtr., sekarang ini cuma 110 mtr..

Volume Gunung Anak Krakatau alami penurunan. Volume yang hilang diprediksikan 150-180 juta mtr. kubik. Volume yang tersisa sekarang ini sekitar 40-70 juta mtr. kubik.

Kepala Pusat Data Info serta Humas Tubuh Nasional Penanggulangan Musibah (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, menyusutnya volume badan Gunung Anak Krakarau ini diprediksikan sebab terdapatnya proses rayapan badan gunungapi yang dibarengi oleh laju erupsi yang tinggi dari 24-27/12/2018.

Baca juga : Jurusan di UPH

"Penilaian kegiatan vulkanik Gunung Anak Krakatau masih tetap selalu diawasi dengan intens oleh PVMBG. Status Gunung Anak Krakatau masih di level Siaga (Level III)," kata Sutopo dalam info persnya, Sabtu (29/12/2018).

Sutopo menyarankan, supaya penduduk tidak mendekati Gunung Anak Krakatau di radius 5 km dari kawah sebab beresiko dari lontaran batu pijar, saluran lava, awan panas serta hujan abu pekat.

"Tidak benar info yang menjelaskan status Gunung Anak Krakatau naik Awas (Level IV). Bahkan juga tidak ada gagasan meningkatkan status gunungapi ke Awas dengan keadaan sekarang ini. Jadi status Gunung Anak Krakatau masih di level Siaga (Level III)," terangnya.

Selain itu usaha penangangan darurat masih tetap selalu dikerjakan. Katanya, Team SAR kombinasi selalu mencari korban yang ada dibawah puing-puing material hanyutan tsunami. Pun menyisir daerah di selama pantai terdampak. Team SAR kombinasi temukan jenasah korban di seputar pantai Pandeglang serta Serang.

"Perlakuan pengungsi selalu dikerjakan dengan kirim serta mendistribusikan pertolongan logistic. Tiga helicopter BNPB hilir mudik kirim logistic ke sejumlah desa di Kecamatan Sumur Pandeglang," kata Sutopo.

Sampai H+7 pada 29/12/2018 terdaftar korban tsunami di Selat Sunda ialah 431 orag wafat, 7.200 orang luka-luka, 15 orang hilang, serta 46.646 orang mengungsi. Kerugian material diantaranya 1.527 unit rumah rusak berat, 70 unit rumah rusak tengah, 181 unit rumah rusak mudah, 78 unit penginapan serta warung rusak, 434 perahu serta kapal rusak serta beberapa rusaknya sarana publik.

"Korban serta rusaknya material ini datang dari lima Kabupaten yakni Pandenglang, Serang, Lampung Selatan, Pesawaran serta Tanggamus," tuturnya.

Jumlahnya korban serta efek musibah sangat banyak berlangsung di Pandeglang. Terdaftar 292 orang wafat, 3.976 orang luka-luka, 8 orang hilang, serta 33.136 orang mengungsi. Keadaan pengungsi masih tetap membutuhkan pertolongan.

"Pengungsi membutuhkan pertolongan keperluan basic seperti permakanan, air bersih, MCK, baju wajar gunakan, selimut, tikar, service medis, serta yang lain. Pertolongan logistik selalu di kirim akan tetapi terhalang distribusi ke titik pengungsian yang aksesnya cukuplah susah dijangkau serta cuaca, terutamanya di daerah Sumur," terangnya.

Baca juga : Jurusan di UG

Untuk menolong proses evakuasi, penelusuran serta penyelamatan korban di Sumur jadi dikerahkan 31 alat berat berbentuk 9 unit excavator, 1 unit greader, 4 unit loader, 3 unit tronton, serta 14 unit dump truck. Tiga helicopter dikerahkan untuk kirim logistic dari hawa.

Di Kabupaten Serang, kata Sutopo, terdaftar 21 orang wafat, 247 orang luka-luka, serta 4.399 orang mengungsi. Selain itu, di Lampung Selatan terdaftar 116 orang wafat, 2.976 orang luka-luka, 7 orang hilang serta 7.880 orang mengungsi. Sedang di Pesawaran terdaftar 1 orang wafat, 1 orang luka serta 231 orang mengungsi, serta di Tanggamus 1 orang wafat serta 1.000 orang mengungsi.

"Jumlahnya pengungsi saat malam hari seringkali semakin banyak dibanding siang. Karena pada siang hari beberapa pengungsi kerja atau kembali pada tempat tinggalnya, saat malam hari kembali pada tempat pengungsian," katanya.

No comments:

Post a Comment