Friday, April 5, 2019

'Nasihat' Duterte kepada China: Keluar dari Pulau Thitu

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menjelaskan pada China untuk berhenti mengganggu satu pulau yang diduduki Manila di Laut China Selatan yang disengketakan. Duterte bahkan juga meneror akan mengerahkan tentaranya di pulau bila Beijing menyetuhnya.

Pengakuan Duterte, yang menurut dia bukan peringatan tetapi nasehat pada seseorang rekan, ikuti pengakuan yang dibikin oleh Kementerian Luar Negeri Filipina yang menyebutkan kehadiran lebih dari 200 kapal nelayan China di dekat pulau Thitu ialah ilegal.

"Saya tidak akan minta dengan begitu atau meminta, tapi saya cuma memberi tahu Anda keluar dari Pagasa sebab saya mempunyai tentara disana. Bila Anda menyentuhnya, itu ialah narasi yang berlainan. Saya akan memberitahu tentara 'bersiap untuk misi bunuh diri'," kata Duterte dalam satu pidato, memakai nama lokal untuk pulau Thitu seperti diambil dari Straits Times, Jumat (5/4/2019).

Baca juga : Jurusan di POLMAN

Duterte sudah berkali-kali menjelaskan ia tidak akan berperang dengan China karenanya akan bunuh diri. Tetapi, dia menyatakan tidak akan membiarkan China menempati pulau Thitu karenanya punya Filipina.

Militer Filipina memvisualisasikan kapal-kapal itu menjadi "terduga milisi maritim".

"Aksi seperti itu, saat tidak tidak diterima oleh pemerintah China, dipandang sudah diadopsi olehnya," kata Departemen Luar Negeri dalam satu peringatan yang jarang pada Beijing.

"Kedatangan kapal di seputar pulau Thitu untuk periode yang berkepanjangan serta berulang memunculkan pertanyaan mengenai tujuan serta kecemasan mereka mengenai peranan mereka dalam memberi dukungan arah pemaksaan," lebih pengakuan, beberapa waktu sesudah Filipina ajukan memprotes diplomatik dengan China.

Di Beijing, jubir Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang tidak mengacu langsung pada memprotes Manila, tapi dia menjelaskan perbincangan bilateral di Laut Cina Selatan yang diselenggarakan di Filipina di hari Rabu berjalan jujur, ramah serta bernilai.

"Kedua pihak menyatakan jika permasalahan Laut Cina Selatan mesti dituntaskan dengan damai oleh beberapa pihak yang ikut serta langsung," tuturnya.

Menurut data militer, Filipina sudah memonitor kapal-kapal China dari Januari sampai Maret tahun ini.

"Ini disangka milisi maritim," kata Kapten Jason Ramon, jubir Komando Barat militer minggu ini.

"Ada saatnya mereka cuma berada di sana tanpa ada memancing. Terkadang, mereka cuma diam."

Baca juga : Jurusan di ISI SURAKARTA

Filipina, Brunei, Cina, Malaysia, Taiwan serta Vietnam mempunyai klaim kedaulatan di Laut Cina Selatan, jalan perairan perdagangan yang membuahkan lebih dari USD3,4 triliun tiap-tiap tahun.

Pada tahun 2016, Pengadilan Arbitrase Permanen di Den Haag menggagalkan klaim kedaulatan China atas sejumlah besar Laut Cina Selatan.

"Kami mengatakan beberapa pihak yang memiliki kepentingan untuk hentikan aksi serta pekerjaan apapun yang bertentangan dengan Deklarasi ASEAN-China mengenai Tingkah laku Beberapa Pihak di Laut Cina Selatan, sebab ini memunculkan ketegangan, ketidakpercayaan serta ketidakpastian, serta meneror perdamaian serta kestabilan regional," kata kementerian Filipina.

Bulan lantas, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo memberikan keyakinan Filipina jika mereka akan bela diri bila terserang di Laut Cina Selatan.

No comments:

Post a Comment